Knowledge Is Free: Ilmu budaya dasar

Hot

Sponsor

Tampilkan postingan dengan label Ilmu budaya dasar. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ilmu budaya dasar. Tampilkan semua postingan

Kamis, 12 November 2015

MAKALAH MULTIKULTURALISME - ILMU BUDAYA DASAR

November 12, 2015 0





 Pengertian Multikulturalisme
Akar kata multikulturalisme adalah kebudayaan. Secara etimologis, multikulturalisme dibentuk dari kata multi (banyak), kultur (budaya), dan isme (aliran/paham). Secara hakiki, dalam kata itu terkandung pengakuan akan martabat manusia yang hidup dalam komunitasnya dengan kebudayaannya masing-masing yang unik. Dengan demikian, setiap individu merasa dihargai sekaligus merasa bertanggung jawab untuk hidup bersama komunitasnya.


Pengingkaran suatu masyarakat terhadap kebutuhan untuk diakui (politics of recognition) merupakan akar dari segala ketimpangan dalam berbagai bidang kehidupan. Pengertian kebudayaan di antara para ahli harus dipertaruhkan atau dipertentangkan antara satu konsep yang dipunyai oleh seorang ahli dengan konsep yang dipunyai ahli lainnya.


Karena multikulturalisme itu adalah sebuah ideologi dan sebuah alat atau wahana untuk meningkatkan derajat manusia dan kemanusiaannya, maka konsep kebudayaan harus dilihat dalam perspektif fungsinya bagi kehidupan manusia. Pendidikan yang dianggap wahana paling tepat untuk membangun kesadaran multikulturalisme. Sebab, dalam tataran ideal, pendidikan seharusnya bisa berperan sebagai “juru bicara” bagi terciptanya fundamen kehidupan multikultural yang terbebas dari kooptasi negara.
Harus diakui bahwa multikulturalisme kebangsaan Indonesia belum sepenuhnya dipahami oleh segenap warga masyarakat sesuatu yang given, takdir Tuhan, dan bukan faktor bentukan manusia. Masyarakat majemuk (plural society) belum tentu dapat dinyatakan sebagai
Masyarakat multikultural (multicultural society), karena bias saja di dalamnya terdapat hubungan antarkekuatan masyarakat varian budaya yang tidak simetris yang selalu hadir dalam bentuk dominasi, hegemoni dan kontestasi. Konsep masyarakat multikultural sebenarnya relatif baru. Sekitar 1970-an, gerakan multikultural muncul pertama kali di Kanada. Kemudian diikuti Australia, Amerika Serikat, Inggris, Jerman dan lain-lainnya.

B.     Multikultur dan Suku Bangsa
Multikultural setiap suku bangsa tentu sangat berkaitan karena keanekaragaman suku bangsa menyebabkan perbedaan multikultural antara satu suku dengan suku bangsa lainnya. Setiap suku bangsa mempunyai mempunyai corak masing-masing dalam budayanya yang dapat menjadi identitas bagi suatu suku bangsa. Dengan budaya yang berbeda tersebut menyebabkan adanya perubahan menuju lebih baik disetiap suku bangsa.
Suku bangsa adalah kelompok masyarakat dengan corak kebudayaan yang khas (Koentjaraningrat). Kelompok social bukan merupakan kelompok yang statis. Setiap kelompok social selalu mengalami perkembangan atau perubahan. Beberapa kelompok social sifatnya lebih stabil dari pada kelompok lainnya. Strukturnya tidak banyak mengalami peubahan yang mencolok.
Namun, adapula kelompok sosial yang mengalami perubahan yang cepat, walaupun tidak ada pengaruh dari luar. Dalam pergaulan antar suku bangsa di indonesia, atribut-atribut sosial yang di miliki oleh masing-masing suku bangsa yang berbeda sering kali menimbulkan sikap prasangka dari warga suku bangsa yang satu terhadap suku bangsa yang lain.
Berikut beberapa Suku Bangsa yang ada di Indonesia :
1.      Suku Dayak
Suku Dayak adalah suku asli Kalimantan yang hidup berkelompok yang tinggal di pedalaman, di gunung, dan sebagainya. Kata Dayak itu sendiri sebenarnya diberikan oleh orang-orang Melayu yang datang ke Kalimantan. Orang-orang Dayak sendiri sebenarnya keberatan memakai nama Dayak, sebab lebih diartikan agak negatif. Padahal, semboyan orang Dayak adalah “Menteng Ueh Mamut”, yang berarti seseorang yang memiliki kekuatan gagah berani, serta tidak kenal menyerah atau pantang mundur.
Pada tahun (1977-1978) saat itu, benua Asia dan pulau Kalimantan yang merupakan bagian nusantara yang masih menyatu, yang memungkinkan ras mongoloid dari asia mengembara melalui daratan dan sampai di Kalimantan dengan melintasi pegunungan yang sekarang disebut pegunungan “Muller-Schwaner”. Suku Dayak merupakan penduduk Kalimantan yang sejati. Namun setelah orang-orang Melayu dari Sumatra dan Semenanjung Malaka datang, mereka makin lama makin mundur ke dalam.
2.      Suku Batak
Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia. Nama ini merupakan sebuah terma kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari Tapanuli dan Sumatera Timur, di Sumatera Utara. Suku bangsa yang dikategorikan sebagai Batak adalah: Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola, dan Batak Mandailing. Mayoritas orang Batak menganut agama Kristen dan sisanya beragama Islam. Tetapi ada pula yang menganut agama Malim dan juga menganut kepercayaan animisme (disebut Sipelebegu atau Parbegu), walaupun kini jumlah penganut kedua ajaran ini sudah semakin berkurang.
Orang Batak termasuk ras Mongoloid Selatan yang berbahasa Austronesia namun tidak diketahui kapan nenek moyang orang Batak pertama kali bermukim di Tapanuli dan Sumatera Timur. Bahasa dan bukti-bukti arkeologi menunjukkan bahwa orang yang berbahasa Austronesia dari Taiwan telah berpindah ke wilayah Filipina dan Indonesia sekitar 2.500 tahun lalu, yaitu di zaman batu muda (Neolitikum).
3.      Suku Aceh
Suku Aceh adalah nama sebuah suku yang mendiami ujung utara Sumatra. Mereka beragama Islam. Bahasa yang dipertuturkan oleh mereka adalah bahasa Aceh yang masih berkerabat dengan bahasa Mon Khmer (wilayah Champa). Bahasa Aceh merupakan bagian dari bahasa Melayu-Polynesia barat, cabang dari keluarga bahasa Austronesia.
Banyak dari budaya Aceh yang menyerap budaya Hindu India, dimana kosakata bahasa Aceh banyak yang berbahasa Sanskerta. Suku Aceh merupakan suku di Indonesia yang pertama memeluk agama Islam dan mendirikan kerajaan Islam. Masyarakat Aceh mayoritas bekerja sebagai petani, pekerja tambang, dan nelayan.
Penduduk Aceh merupakan keturunan berbagai suku, kaum, dan bangsa. Leluhur orang Aceh berasal dari Semenanjung Malaysia, Cham, Cochin, Kamboja.Di samping itu banyak pula keturunan bangsa asing di tanah Aceh, bangsa Arab dan India dikenal erat hubungannya pasca penyebaran agama Islam di tanah Aceh. Sedangkan bangsa India kebanyakan dari Gujarat dan Tamil, dapat dibuktikan dengan penampilan wajah bangsa Aceh. (Kamaruz Bustamam, 2012)

C.    Tipolologi Masyarakat Majemuk dan Problemanya
Pierre van de Berghe, mengemukakan beberapa tipelogi masyarakat majemuk sebagai berikut:
1.      Terjadinya segmentasi ke dalam kelompok-kelompok yang mempunyai kebudayaan, tepatnya subkebudayaan yang berbeda satu dengan lainnya.
2.      Memiliki struktur sosial yang terbagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat non-komplementer.
3.      Kurang mengembangkan konsensus di antara para anggota masyarakat mengenai nilai-nilai sosial yang bersifat dasar.
4.      Secara relatif, sering terjadi konflik antarkelompok.
5.      Secara relatif, integrasi sosial tumbuh di atas paksaan (coercion) dan ketergantungan ekonomi.
6.      Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok-kelompok lain.
Masyarakat majemuk memiliki beberapa permasalahan, antara lain:
1.      Konflik berasal dari kata configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih di mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain.
2.      Perbedaan Kepentingan. Masing-masing individu memiliki keinginan yang berbeda-beda, sehingga menyebabkan kepentingan yang berbeda-beda. Di antaranya adalah perbedaan kepentingan untuk memperoleh kasih sayang, harga diri, penghargaan yang sama, dan memperoleh rasa aman dan perlindungan diri.
Perbedaan ini tidak secara langsung menyebabkan terjadinya konflik tetapi mengenal beberapa fase yaitu :
a.       Fase disorganisasi yang terjadi karena kesalah pahaman (akibat pertentangan antara  harapan dengan standar normatif).
b.      Fase disintegrasi (konflik) yaitu pernyataan tidak setuju dalam berbagai bentuk seperti timbulnya massa, protes, aksi mogok dsb. Walter W. Martin dkk  mengemukakan tahapan disintegrasi , sbb:
1.      Ketidak sepahaman anggota kelompok tentang tujuan sosial yang hendak dicapai.
2.      Norma sosial yang tidak dihayati dalam kelompok bertentangan satu sama lain.
3.      Tindakan anggota masyarakat sudah bertentangan dengan norma kelompok.
3.      Prasangka dan Diskriminasi. Prasangka dan Diskriminasi adalah dua hal yang ada relevansinya. Kedua tindakan tersebut dapat merugikan pertumbuh-kembangan dan bahkan integrasi masyarakat. Prasangka memiliki dasar pribadi, dimana setiap orang memiliki. Perbedaan pokok antara prasangka dan diskriminatif adalah bahwa
Prasangka menunjukkan pada aspek sikap, sedangkan diskriminatif pada tindakan.  Sebab-sebab
a.       timbulnya Prasangka dan Diskriminasi :
1.      Latar belakang sejarah.
2.      Dilatar belakangi oleh perkembangan sosio-kultural dan situsional.
3.      Bersumber dari faktor kepribadian.
4.      Perbedaan keyakinan, keperacayaan dan agama.
4.      Etnosentrisme yaitu anggapan suatu bangsa/ras yang cenderung menganggap kebudayaan mereka sebagai suatu yang prima, riil, logis, sesuai dengan kodrat alam dan beranggapan bahwa bangsa/ras lain kurang baik dimata mereka. Akibatnya adalah penampilan ethnosentri yang dapat menjadi penyebab utama dalam kesalahan dalam berkomunikasi.

D.    Perbedaan Konsep Multikultur dan Majemuk
Konsep dan kerangka dalam multikulturalisme dipaparkan oleh B. Hari Juliawan dengan membagi multikulturalisme dengan menggunakan empat kerangkanya.
1.      Pertama kerangka multikulturalisme berkenaan dengan istilah multikulturalisme itu sendiri. Multikulturalisme menunjukan sikap normatif tentang fakta keragaman. Multikulturalisme memilih keragaman kultur yang diwadahi oleh negara, dengan kelompok etnik yang diterima oleh masyarakat luas dan diakui keunikan etniknya. Kelompok etnik tidak membentuk okomodasi politik, tetapi modifikasi lembaga publik dan hak dalam masyarakat agar mengakomodasi keunikannya.
2.      Kerangka multikulturalisme kedua, merupakan turunan kerangka yang pertama nyaitu akomodasi kepentingan, dikarenakan jika kita ambil saripati dari multikulturalisme adalah manajemen kepentingan. Kepentingan di sini merupakan yang relevan dari konsep multikulturalisme yang terbagi menjadi dua macam kepentingan yang bersifat umum dan khusus. Kepentingan yang bersifat umum pemenuhan yang sama pada setiap orang tanpa membedakan identitas kultur. Sedangkan kepentingan khusus pemenuhan yang terkait dengan aspek khusus kehidupan (survival) kelompok yang bersangkutan. Misalkan kelompok masyarakat adat dapat melaksanakan adatnya masing-masing tanpa intimidasi dari pemerintah dan kekuatan kelompok yanga lain.
3.      Kerangka multikulturalisme yang ketiga merupakan ideologi politik dengan menjadikan setiap orang atau kelompok minor dapat menyampaikan aspirasi politiknya tanpa terjadinya penindasan dan ancaman.
4.      Kerangka keempat berkaitan dengan puncak dan tujuan dari multikulturalisme yang pantas diperjuangkan dikarenakan dibalik itu ada tujuan hidup bersama, dengan pemenuhan hak-hak hidup. Hal tersebut dikarenakan dalam multikulturalisme merupakan penghargaan terhadap perbedaan.
Konsep masyarakat majemuk | Ciri masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman budaya yang tinggi.
Menurut Furnivall, masyarakat majemuk (plural society) merupakan suatu masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih elemen dan tatanan sosial yang hidup berdampingan, tetapi tidak terintegrasi dalam satu kesatuan politik. (Tafsiran Furnivall oleh Nasikun dalam Nasikun, 2006. 39-40).
Menurut Clifford Geertz, meskipun masyarakat Indonesia telah terbentuk sejak tahun 1945 dengan sistem sosial masyarakat yang bersifat multietnik, multiagama, multibahasa, dan multiras cenderung tidak banyak berubah dan sulit terintegrasi.
Berdasarkan struktur sosialnya, di dalam masyarakat Indonesia terdapat banyak perbedaan budaya dan adat istiadat antar suku bangsa di Indonesia. Di berbagai daerah dapat ditemukan keanekaragaman suku bangsa dan agama. Misalnya, suku bangsa Aceh yang mayoritas beragama Islam, suku bangsa Batak yang mayoritas beragama Kristen, suku bangsa Minangkabau di Sumatra Barat, dan suku bangsa Melayu di Sumatra Selatan yang mayoritas beragama Islam. Selain itu, di Jawa terdapat suku Sunda yang menggunakan bahasa Sunda dan suku bangsa Jawa yang menggunakan bahasa Jawa.

E.     Monokultural dan Dominasi Kultural
Konsep monokulturalisme seperti diungkapkan oleh Kymlicka berangkat dari asumsi bahwa perbedaan itu adalah pemicu terjadinya konflik dan perpecahan, oleh karena itu seminimal mungkin perbedaan harus dihilangkan dengan cara menutup peluang terjadinya perbedaan dengan melakukan penyeragaman di dalam suatu komunitas atau kelompok misalnya, dan bila terjadi perlawanan dari sekelompok kecil komunitas maka solusi paling ideal adalah mengeluarkan mereka dari komunitas agar keutuhan tetap dapat terjaga.
Monokulturalisme berasal dari kata; mono (satu/seragam/tunggal) dan kultural (budaya atau kebudayaan), dan isme (paham) yang secara etimologi berarti paham budaya tunggal sehingga pada satu wilayah geografis tertentu hanya ada satu budaya yang dianut. Hal ini juga bermaksud tidak mengakui adanya keragaman dan menginginkan keseragaman. Seorang dikatakan monokulturalisme dilihat dari sejauh mana individu tersebut memegang nilai dari salah satu variabel budaya.
Monokulturalisme merupakan sebuah idelogi atau konsep yang memiliki kehendak akan adanya penyatuan kebudayaan (homogentitas). Dalam monokulturalisme, ditandai adanya proses asimilasi, yakni percampuran dua kebudayaan atau lebih untuk membentuk kebudayaan baru. Sebagai sebuah ideologi, monokulturalisme dibeberapa negara dijadikan landasan kebijakan dan atau strategi pemerintah menyangkut kebudayaan dan sistem negara.



BAB II
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Akar kata multikulturalisme adalah kebudayaan. Secara etimologis, multikulturalisme dibentuk dari kata multi (banyak), kultur (budaya), dan isme (aliran/paham). Secara hakiki, dalam kata itu terkandung pengakuan akan martabat manusia yang hidup dalam komunitasnya dengan kebudayaannya masing-masing yang unik.
2.      Multikultural setiap suku bangsa tentu sangat berkaitan karena keanekaragaman suku bangsa menyebabkan perbedaan multikultural antara satu suku dengan suku bangsa lainnya.
3.      Monokulturalisme berasal dari kata; mono (satu/seragam/tunggal) dan kultural (budaya atau kebudayaan), dan isme (paham) yang secara etimologi berarti paham budaya tunggal sehingga pada satu wilayah geografis tertentu hanya ada satu budaya yang dianut.
5.      Konsep dan kerangka dalam multikulturalisme dipaparkan oleh B. Hari Juliawan dengan membagi multikulturalisme dengan menggunakan empat kerangkanya.
a.       Pertama kerangka multikulturalisme berkenaan dengan istilah multikulturalisme itu sendiri.
b.      Kerangka multikulturalisme kedua, merupakan turunan kerangka yang pertama nyaitu akomodasi kepentingan.
c.       Kerangka multikulturalisme yang ketiga merupakan ideologi politik.
d.      Kerangka keempat berkaitan dengan puncak dan tujuan dari multikulturalisme yang pantas diperjuangkan dikarenakan dibalik itu ada tujuan hidup bersama.




DAFTAR PUSTAKA
Bustamam Kamaruz-Ahmad, Acehnologi (Yogyakarta: Diandra Primamitra Media, 2012.
Tafsiran Furnivall oleh Nasikun dalam Nasikun, Sistem Sosial Indonesia (Jakarta: Rajawali Press, 2006.
Read More

Sabtu, 07 November 2015

Makalah Konsep Nilai Budaya - Ilmu Budaya Dasar

November 07, 2015 0







A.    Konsep nilai budaya
Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Sebagai contoh, orang menanggap menolong memiliki nilai baik, sedangkan mencuri bernilai buruk. Woods mendefinisikan nilai sosial sebagai petunjuk umum yang telah berlangsung lama, yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.

Drs. Suparto mengemukakan bahwa nilai-nilai sosial memiliki fungsi umum dalam masyarakat. Di antaranya nilai-nilai dapat menyumbangkan seperangkat alat untuk mengarahkan masyarakat dalam berpikir dan bertingkah laku. Selain itu, nilai sosial juga berfungsi sebagai penentu terakhir bagi manusia dalam memenuhi peranan-peranan sosial. Nilai sosial dapat memotivasi seseorang untuk

mewujudkan harapan sesuai dengan peranannya. Contohnya ketika menghadapi konflik, biasanya keputusan akan diambil berdasarkan pertimbangan nilai sosial yang lebih tinggi. Nilai sosial juga berfungsi sebagai alat solidaritas di kalangan anggota kelompok masyarakat. Dengan nilai tertentu anggota kelompok akan merasa sebagai satu kesatuan. Nilai sosial juga berfungsi sebagai alat pengawas (kontrol) perilaku manusia dengan daya tekan dan daya mengikat tertentu agar orang berprilaku sesuai dengan nilai yang dianutnya.

Nilai merupakan suatu ciri, yaitu sebagai berikut:
  • Nilai-nilai membentuk dasar prilaku seseorang
  • Nilai-nilai nyata dari seseorang diperlihatkan melalui pola prilaku yang konsisten
  • Nilai-nilai menjadi kontrol internal bagi prilaku seseorang
  •  Nilai-nilai merupakan komponen intelektual dan emosional dari seseorang yang secara intelektual diyakinkan tentang sutu nilai serta memegang teguh dan mempertahan kannya.


Metode Mempelajari Nilai-Nilai

Menurut teori klasifikasai nilai-nilai, keyakinan atau sikap dapat menjadi suatu nilai apabila keyakinan tersebut memenuhi tujuh kriteria sebagai berikut:
  • Menjunjung dan menghargai keyakkina dan rilaku seseorang
  • Menegaskan didepan umum , apabila cocok
  • Memilih dari berbagai alternatif
  • Memilih setelah mempertimbangkan konsekuensinya
  • Memilih secara bebas
  • Bertindak
  • Dengan pola konsisten
Orang sering mempelajari seperangkat norma prilaku yang dianggap benar. Kegagalan untuk Mengikuti norma (hati nurani) dapat mengakibatkan perasaan bersalah

Perkembangan budaya manusia menimbulkan masalah budaya yang berdampak positif dan negatif. Adapun dampak perkembangan manusia yang terjadi adalah sebagai berikut:

A. Dampak Positif
  1. Peningkatan dalam bidang sistem teknologi, Ilmu Pengetahuan, dan ekonomi
  2. Terjadinya pergeseran struktur kekuasaan dari otokrasi menjadi oligarki.
  3. Mempercepat terwujudnya pemerintahan yang demokratis dan masyarakat madani dalam skala global.
  4.  Tidak mengurangi ruang gerak pemerintah dalam kebijakan ekonomi guna mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
  5. Tidak berseberangan dengan desentralisasi.
  6. Bukan penyebab krisis ekonomi.
  7. Terjadinya industrialisas.
  8.  Produktifitas dunia industri semakin meningkat.
  9. Persaingan dalam dunia kerja sehingga menuntut pekerja untuk selalu menambah skill dan pengetahuan yang dimiliki.
  10. Membuat komunikasi menjadi lancar.
  11. Memberikan pengetahuan hingga ke pelosok daerah.
  12. Membentuk persaingan kemajuan teknologi dengan Negara- Negara maju.

B. Dampak Negatif
  1. Maraknya pergaulan bebas dan penggunaan narkotika.
  2. Gerakan terorisme yang membuat masyarakat menjadi resah.
  3. Terjadinya kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin.
  4. Menimbulkan perubahan dalam gaya hidup, yang mengarah kepada masyarakat yang konsumtif komersial.
  5. Terjadinya kesenjangan budaya.
  6. Sebagai sarana kompetisi yang menghancurkan.
  7. Sebagai pembunuh pekerjaan. Sebagai akibat kemajuan teknologi dan pengurangan biaya per unit produksi, maka output mengalami peningkatan drastis sedangkan jumlah pekerjaan berkurang secara tajam.
  8. Sebagai imperialisme budaya. Proses globalisasi membawa serta budaya barat, serta kecenderungan melecehkan nilai-nilai budaya tradisional.
  9. Globalisasi merupakan kompor bagi munculnya gerakan-gerakan neo-nasionalis dan fundamentalis.
Malu menggunakan budaya asli Indonesia karena telah maraknya budaya asing yang berada di wilayah Indonesia.






B.    Sitem nilai budaya
Sistem merupakan istilah dari bahasa yunani “system” yang artinya adalah himpunan bagian atau unsur yang saling berhubungan secara teratur untuk mencapai tujuan bersama.
Pengertian sistem menurut sejumlah para ahli     
1. L. James Havery    
Menurutnya sistem adalah prosedur logis dan rasional untuk merancang suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan maksud untuk berfungsi sebagai suatu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
2. John Mc Manama   
Menurutnya sistem adalah sebuah struktur konseptual yang tersusun dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan yang bekerja sebagai suatu kesatuan organik untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan secara efektif dan efesien.
Sistem Nilai Budaya, Pandangan Hidup, dan Ideologi. Sistem budaya merupakan tingkatan tingkat yang paling tinggi dan abstrak dalam adat istiadat. Hal itu disebabkan karena nilai – nilai budaya itu merupakan konsep – konsep mngenai apa yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari dari warga suatu masyarakat mengenai apa yang mereka anggap bernilai , berharga, dan penting dalam hidup, sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi kepada kehidupan para warga masyarakat itu sendiri.
      Nilai – nilai budaya ini bersifat umum , luas dan tak konkret maka nilai – nilai budaya dalam suatu kebudayaan tidak dapat diganti dengan nilai-nilai budaya yang lain dalam waktu yang singkat.
      Dalam masyarakat ada sejumlah nilai budaya yang satu dan yang lain berkaitan satu sama lain sehingga merupakan suatu sistem, dan sistem itu sebagai suatu pedoman dari konsep –konsep ideal dalam kebudayaan memberi pendorong yang kuat terhadap arah kehidupan masyarakat.
      Menurut ahli antropologi terkenal C.Kluckhohn , tiap sistem nilai budaya dalam tiap kebudayaan itu mengenai lima masalah dasar dalam kehidupan manusia yang menjadi landasan bagi kerangka variasi system nilai budaya adalah :

  1. Masalah mengenai hakekat dari hidup manusia (disingkat MH)
Ada kebudayaan yang memandang hidup manusia itu pada hakekatnya suatu hal yang buruk dan menyedihkan .Pada agama Budha misalnya,pola – pola tindakan manusia akan mementingkan segala usaha untuk menuju arah tujuan bersama dan memadamkan hidup baru. Adapun kebudayaan – kebudayaan lain memandang hidup manusia dapat mengusahakan untk menjadikannya suatu hal yang indah dan menggembirakan.
  1. Masalah mengenai hakekat dari karya manusia ( disingkat MK)
Kebudayaan memandang bahwa karya manusia bertujuan untuk memungkinkan hidup,kebudayaan lain menganggap hakekat karya manusia itu untuk memberikannya kehormatan,ada juga kebudayaan lain yang menganggap karya manusia sebagai suatu gerak hidup yang harus menghasilkan lebih banyak karya lagi.
  1. Masalah mengenai hakekat dari kedudukan manusia dalam ruang dan waktu (disingkat MW)
Kebudayaan memandang penting dalam kehidupan manusia pada masa lampau, keadaan serupa ini orang akan mengambil pedoman dalam tindakannya contoh – contoh dan kejadian- kejadaian dalam masa lampau. Sebaliknya ada kebudayaan dimana orang hanya mempunyai suatu pandangan waktu yang sempit. Dalam kebudayaan ini perencanaan hidup menjadi suatu hal yang sangat amat penting.
  1. Masalah mengenai hakekat hubungan manusia dengan alam sekitarnya (disingkat MA)
Kebudayaan yangh memandang alam sebagai suatu hal yang begitu dahsyat sehingga manusia hanya dapat bersifat menyerah tanpa dapat berusaha banyak. Sebaliknya ,banyak pula kebudayaan lain yang memandang alam sebagai lawan manusia dan mewajibkan manusia untuk selalu berusaha menaklukan alam. Kebudayaan lain masih ad yang menganggap bahwa  manusia dapat berusaha mencari keselarasan dengan alam.


  1. Masalah mengenai hakekat hubungan manusia dengan sesamanya (disingkat MM)
Ada kebudayaan  yang memntingkan hubungan vertical antara manusia dengan sesmanya. Tingkah lakunya akan berpedoman pada tokoh – tokoh pemimpin. Kebudayaan lain mementingkan hubungan horizontal antara manusia dan sesamanya. Dan berusaha menjaga hubungan baik dengan tetangga dan sesamanya merupakan suatu hal yang penting dalam hidup. Kecuali pada kebudayaan lain yang tidak menganggap manusia tergantung pada manusia lain, sifat ini akan menimbulkan individualisme.
Suatu sistem nilai budaya juga berupa pandangan hidup bagi manusia yang menganutnya. . Namun istilah “pandangan hidup” sebaiknya dipisahkan dari konsep sistem budaya . Pandangan hidup biasanya mengandung sebagian dari nilai – nilai yang di dianut oleh suatu masyarakat. Dengan demikian apabila “sistem nilai” itu merupakan pedoman hidup yang dianut oleh sebagian besar warga masyarakat,”pandangan hidup” itu merupakan suatu sistem pedoman dari golongan – golongan lebih sempit lagi , individu – individu dalam masyarakat. Karena itu hanya ada pandangan hidup golongan atau individu tertentu,tetapi tidak ada pandangan hidup seluruh masyarakat.
Konsep ideologi merupakan suatu pedoman hidup atau cita – cita yang ingin sekali dicapai oleh banyak individu dalam masyarakat,tetapi yang lebih khusus sifatnya daripada sistem nilai budaya.
Dalam suatu sistem nilai budaya ada norma – norma yang mengatur kehidupan manusia pada umumnya. Norma – norma itu antara lain norma agama,norma kesusilaan,norma kesopanan dan yang terakhir adalah norma hukum, norma hukum ini yang biasanya dipakai manusia karena sifatnya memaksa dan sanksi tegas bagi yang melanggar.
Jadi, Sistem Nilai Budaya ini merupakan rangkaian dari konsep-konsep abstrak yang hidup dalam masyarakat, mengenai apa yang dianggap penting dan berharga, tetapi juga mengenai apa yang dianggap remeh dan tidak berharga dalam hidup. Sistem nilai budaya ini menjadi pedoman dan pendorong perilaku manusia dalam hidup yang memanifestasi kongkritnya terlihat dalam tata kelakuan. Dari sistem nilai budaya termasuk norma dan sikap yang dalam bentuk abstrak tercermin dalam cara berfikir dan dalam bentuk konkrit terlihat dalam bentuk pola perilaku anggota-anggota suatu masyarakat.

C.     Orientasi nilai budaya
Orientasi nilai adalah bersifat komplek tetapi terpola..pada prinsip.. yang mengutamakan tatanan dan langsung pada tindakan dan pikiran manusia yang berhubungan dengan solusi dalam memecahkan masalah.           
Ada tiga asumsi:                    
1. orang dalam semua budaya harus menemukan solusi untuk memecahkan masalah
2. solusi yang tersedia tidak terbatas 
3. satu solusi cenderung dipilih anggota budaya tertentu. Semua solusi yang potensial tampak pada setiap budaya.          

Orientasi human nature          
Human nature adalah menunjuk pada karakter pembawaan sifat manusia. Yang dipandang sebagai berpembawaan baik, jahat atau campuran dari itu. Manusia dipandang tidak hanya sebagai baik atau jahat tetapi juga untuk merubah dan tidak dapat berubah. Kita harus mengakui bahwa hubungan manusia sebagai campuran baik dan buruk sedangkan yang tidak sama adalah sebagai pandangan adalah netral.Ada enam solusi potensial pada masalah ini yaitu;
1. manusia yang jahat tetapi dapat merubah  
2. manusia itu jahat tapi tidak dapat dirubah             
3. manusia adalah netral yang respek pada baik dan jahat    
4. manusia adalah campuran baik dan jahat.  
5. manusia itu baik tapi dapat berubah          
6. manuysia itu baik dan tidak dapat berubah           

Orientasi nature/alam –person
Ada tiga tipe utama yaitu:     
1. menguasai alam: orientasi ini,melihat bahwa semua kekuatan alam dapat mengatasi masalah
2. harmoni dengan alam : orientasi ini bahwa disini tidak ada perbedaan antara kehidupan manusia , sifat dan supernatural.   
3. Penaklukan terhadap alam yang unggul di negara seperti Spanish Amerika, yaitu kita percaya bahwa tidak ada sesuatu yang dapat dikerjakan untuk mengontrol alam jika ada ancaman tidak sesuatupun yang dapat terlepas dari bahaya.           
Orientasi waktu          
Merupakan orientasi pada tiga masa yaitu1. waktu masa lalu adalah unggul dalam budaya dalam penempatan nilai yang tinggi pada tradisi di masa lalu      
1. orientasi masa sekarang yaitu dimana orang-orang memberi perhatian yang relatif kecil pada apa yang dikerjakan pada masa lalu dan pada apa yang akan terjadi masa depan.
2. orientasi masa depan dimana memiliki nilai tinggi.           

Orientasi aktivitas      
Aktivitas manusia dapat dilihat dalam tiga cara yaitu:          
1. doing, orientasi ini melibatkan pada tipe aktivitas yang hasilnya tampak pada eksternal individu yang diukur dengan sesuatu            2. being adalah merupakan lawan yang exterm dari orientasi doing 
3. becoming merupakan integrasi keseluruhan pada perkembangan diri        .

Orientasi relational
Menurut Kluckhon dan Strodbeck memisahkan tiga cara untuk mengartikan hubungan dengan orang lain yaitu:  
1. Individualism         
orientasi ini ditandai dengan otonomi individu dengan kata lain individu adalah unik dan sebagai entitas tersendiri. Prioritas tujuan dan sasaran nya adalah memprioritaskan pada individu daripada kelompok.Contoh negara yang seperti ini adalah Amerika Serikat
2.orientasi langsung atau lineality      
orientasi ini memfokuskan pada kelompok dengan tujuan kelompok adalah lebih utama. Menurut Kluckhon dan Strodbeck kontinyuitas dari kelompok adalah melalui waktu. Individu-individu adalah penting hanya untuk anggota kelompok tersebut.Contohnya beberapanegara aristokrasi di Eropa.          
3.collaterality
orientasi ini memfokuskan pada kelompok tetapi bukan perluasan kelompok melalui waktu. Agaknya fokus pada perluasan kelompok secara lateral/ ke samping (anggota kelompok dari individu yang paling dekat dalam waktu dan tempat). Tujuan dari kelompok ditas kepentingan individu. Pada kenyataannya orang-orang tidak mempertimbangkannya kecuali vis a vis/ sebagai lawan anggota kelompok. Contoh identifikasi orang jepang dengan perusahaannya di mana dia bekerja atau universitas di mana dia belajar.     

Penerapan orientasi    
Nilai orientasi ini digunakan untuk memahami komunikasi dengan strangers. Dengan mempertimbangkan dua budaya yang tampaknya mirip misalnya inggris dan Amerika Serikat. Sementara ada juga yang mirip di permukaannya saja ternyata berbeda orientasinya. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya misunderstanding antara orang-orang dalam budaya yang berbeda.
Kluckhohn   dalam   Pelly   (1994)   mengemukakan   bahwa   nilai   budaya merupakan  sebuah  konsep  beruanglingkup  luas  yang  hidup  dalam  alam  fikiran sebahagian besar warga suatu masyarakat, mengenai apa yang paling berharga dalam hidup. Rangkaian konsep itu satu sama lain saling berkaitan dan merupakan sebuah sistem nilai – nilai budaya.
Secara  fungsional  sistem  nilai  ini  mendorong  individu  untuk  berperilaku seperti  apa  yang  ditentukan.  Mereka  percaya,  bahwa  hanya  dengan  berperilaku seperti itu mereka akan berhasil (Kahl, dalam Pelly:1994). Sistem nilai itu menjadi pedoman yang melekat erat secara emosional pada diri seseorang atau sekumpulan orang, malah merupakan tujuan hidup yang diperjuangkan. Oleh karena itu, merubah sistem nilai manusia tidaklah mudah, dibutuhkan waktu. Sebab, nilai – nilai tersebut merupakan  wujud  ideal  dari  lingkungan  sosialnya.  Dapat  pula  dikatakan  bahwa sistem   nilai   budaya   suatu   masyarakat   merupakan   wujud   konsepsional   dari kebudayaan mereka, yang seolah – olah berada diluar dan di atas para individu warga masyarakat itu.
Ada lima masalah pokok kehidupan manusia dalam setiap kebudayaan yang dapat ditemukan secara universal. Menurut Kluckhohn dalam Pelly (1994) kelima masalah pokok tersebut adalah: (1) masalah hakekat hidup, (2) hakekat kerja atau karya manusia, (3) hakekat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu, (4) hakekat hubungan manusia dengan alam sekitar, dan (5) hakekat dari hubungan manusia dengan manusia sesamanya.







Read More

Jumat, 16 Oktober 2015

Makalah Manusia sebagai makhluk individu dan sosial Makalah Ilmu Budaya Dasar

Oktober 16, 2015




BAB I
Pendahuluan
A.Latar Belakang                                                                                                  
            Ilmu budaya dasar adalah pengetahuan dasar tentang nilai nilai dasar manusia (Basic Humanities) diantaranya meliputi cinta kasih, keindahan, penderitaan, keadilan, pandangan hidup, tanggung jawab, kegelisahan, harapan, keyakinan, pengabdian dan keyakinan yang digunakan untuk merespon dan menyelesaikan masalah sosial budaya masyarakat.

Manusia terbagi kedalam dua konteks, yaitu manusia sebagai makhluk individu dan manusia sebagai makhluk social.Manusia sebagai individu mempunyai sifat social anima dengan insting gregariousness, yaitu selalu ingin menyesuaikan dengan sesama dan lingkungan sekitarnya.Manusia sebagai makhluk social dapat diurai mulai dari kehadiran manusia tentang makna di balik ciptaan manusia pertama Adam dan Hawa, kemudian manusia ditakdirkan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, manusia sebagai makhluk social terbentuk dalam kelompok lingkungan pemukiman artinya manusia sebagai makhluk lingkungan yang tidak mungkin dipisahkan dari lingkungan hidup tempat mereka bermukim, bahkan masyarakat terbentuk karena menempati tetitorial yang sama. [1]
Dalam makalah ini kami akan membahas lebih lanjut lagi tentang manusia sebagai makhluk individu dan sosial.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat kita ambil rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimanakah yang dimaksud manusia sebagai makhluk individu dan sosial?
2.      Apakah Teori  manusia sebagai makhluk individu dan sosial ?
3.      Bagaimanakah yang dimaksud dengan masyarakat ?
4.      Apakah yang dimaksud dengan interaksi sosial?

C.Tujuan Permasalahan
       Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan permasalahannya yaitu :
1.      Untuk mengetahui pengertian dari manusia sebagai makhluk sosial dan individu.
2.      Untuk mengetahui Teori manusia sebagai makhluk individu dan sosial
3.      Untuk mengetahui pengertian masyarakat
4.      Untuk mengetahui pengertian interaksi sosial.


















BAB II
Pembahasan
A.    Pengertian
Didalam diri manusia terdapat dua kepentingan yaitu kepentingan individu dan kepentingan bersama.Kepentingan individu didasarkan manusia sebagai makhluk individu, karena pribadi manusia yang ingin memenuhi kebutuhan pribadi.Kepentingan bersama didasarkan manusia sebagai makhluk sosial ( kelompok) yang ingin memenuhi kebutuhan bersama.
Manusia sebagai makhluk individu diartikan sebagai person atau perseorangan atau sebagai diri pribadi.Manusia sebagai diri pribadi merupakan makhluk yang diciptakn secara sempurna oleh Tuhan Yang Maha Esa.[2]
Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individuum, artinya yang tak terbagi.Dalam bahasa inggris individu berasal dari kata in dan divided.Kata ini salah satunya mengandung pengertian tidak, sedang divided artinya terbagi, jadi individu artinya tidak terbagi, atau suatu kesatuan.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki unsur jasamani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa.Seseorang dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya.Bila seseorang hanya tinggal raga, fisik, atau jasmaninya saja, maka dia tidak dikatakan sebagai individu.Jadi pengertian individu sebagai makhluk individu mengandung arti bahwa unsur yang ada dalam diri individu tidak terbagi, merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.Jadi, sebutan individu hanya tepat bagi manusia yang memiliki keutuhan jasmani dan rohaninya, keutuhan fisik dan psikisnya, keutuhan raga dan jiwanya.
Seorang individu adalah perpaduan antara faktor genotipe dan fenotipe.Faktor genotipe adalah faktor yan dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan, dibawa individu sejak lahir.Kalau seorang individu memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dibawa sejak lahir, maka ia juga memiliki ciri fisik dan karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan.Faktor lingkungan ikut berperan dalam pembentukan kharakteristik yang khas dari seseorang.Istilah lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan lingkungan sosial.Lingkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya, baik itu lingkungan buatan seperti tempat tinggal ( rumah ) dan lingkungan bukan buatan.Lingkungan sosial merujuk pada lingkungan dimana seseorang individu melakukan interaksi sosial.[3]
Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia sebagai warga masyakarat.Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak mungkin dapat hidup sendiri atau mencukupi kebutuhan sendiri.Setiap manusia cenderung untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan manusia lainnya.bahkan sejak lahir, manusia sudah disebut sebagai makhluk sosial.
Telah berabad-abad konsep manusia sebagai makhluk sosial itu ada, yang menitikberatkan pada pengaruh masyarakat yang berkuasa kepada individu, yakni memiliki unsur-unsur keharusan biologis, yang terdiri dari :
1.      Dorongan untuk makan.
2.      Dorongan untuk mempertahankan diri.
3.      Dorongan untuk melangsungkan hubungan beda jenis.[4]
Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial juga dikarenakan pada diri manusia ada dorongan unutk berhubungan ( berinteraksi) dengan orang lain.Ada kebutuhan sosial ( Social need) untuk hidup berkelompok dengan orang lain.Ada kebutuhan sosial ( socal need) untuk hidup berkelompok dengan orang lain.
Manusia berbeda dengan hewan, untuk mempertahankan hidupnya ia dibekali dengan akal.Insting yang dimiliki manusia sangat terbatas, ketika bayi lahir misalnya, ia hanya memiliki insting menangis, jika bayi lapar maka ia akan menangis, kedinginan pun ia akan menangia, pipis pun ia akan menangis.Manusia memiliki potensi akal untuk mempertahankan hidupnya.Namun potensi yang ada dalam diri manusia itu hanya mungkin berkembang bila ia hidup dan belajar ditengah-tengah manusia.Menurut George Herbert Mead seriap anggota baru masyarakat harus mempelajari peranan-peranan yang ada dalam masyarakat.Sosialisasi adalah suatu proses dimana didalamnya terjadi pengambilan peranan ( role talking).Ada tiga tahap yang mempengaruhi pengembangan diri manusia dalam masyarakat yaitu tahap play stage, tahap game stage, dan tahap generalized other.
B.     Teori Manusia Sebagai Makhluk Sosial dan Individu.
Pada hakikatnya manusia berperan ganda, yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.Dalam berinteraksi dengan sekitar, ada hubungan secara vertical dan hubungan secara horizontal.Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia tidak bisa hidup sendirian.
Ada tiga teori yang dapat membantu menerangkan moden dan kualitas hubungan antar manusia:
1.      Teori transaksional ( model pertukaran sosial)
Menurut teori ini, hubungan antarmanusia berlangsung mengikuti kaidah transaksional, yaitu apakah masing-masing merasa memperoleh keuntungan dalam transaksinya atau malah merugi.
2.      Teori Peran
Menurut teori ini, sebenarnya dalam pergaulan sosial itu sudah ada scenario yang disusun oleh masyarakat, yang mengatur apa dan bagaimana peran setiap orang dalam pergaulannya.
3.      Teori Permainan
Menurut teori ini, klasifikasi manusia itu hanya terbagi tiga, yaitu anak-anak, orang dewasa, dan orang tua.
Manusia memang tidak akan lepas dari berhubungan dengan orang lain.Dalam hubungan itu kita harus bisa memahami peranan dan kedudukan masing-masing.Jangan sampai terjadi kesalahan,Karena itu, bisa membuat tidak harmonisnya hubungan kita dengan sesame manusia.
Untuk menjaga hubungan yang harmonis sebagai individu dan makhluk sosial, umumnya setiap suku bangsa memiliki nilai-nilai dan tradisi yang dapat dikembangkan menjadi model kedamaian yang kondusif bagi eeratan antar-suku bangsa, agama, ras, dan perbedaan lainnya.
Dalam praktiknya hubungan transaksional ini bermacam-macam sifatnya.Adakalanya bersifat barter atau pertukaran langsung seperti jual beli.Dapat pula transaksional ini bersifat kekeluargaan atau kekerabatan.
C.    Masyarakat dan ciri-cirinya.
Masyarakat merupakan Kelompok atau kolektivitas manusia yang melakukan antarahubungan, sedikit banyak bersifat kekal, berlandaskan perhatian dan tujuan bersama, serta telah melakukan jalinan secara berkesinambungan dalam waktu yang relative lama.

Unsur atau ciri masyarakat menurut konsep Horton dan Hunt adalah :
1.      Kelompok manusia
2.      Yang sedikit banyak memiliki kebebasan dan bersifat kekal
3.      Menempati suatu kawasan
4.      Memiliki kebudayaan
5.      Memiliki hubungan dalam kelompok yang bersangkutan
Kaharakteristik dari masyarakat menurut konsep Horton dan Hunt diatas adalah Kharakteristik dari masyarakat itu terletak pada kelompok manusia yang bebas dan bersifat kekal, menempati kawasan tertentu, memiliki kebudayaan serta jalinan dalam suatu hubungan diantara anggota-anggotanya.
Dalam pembahasan masyarakat ada yang disebut masyarakat setempat, yaitu suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat hubungan sosial yang tertentu.
Unsurnya meliputi :
1.      Seperasaan
2.      Sepenanggungan
3.      Saling memerlukan
Masyarakat terbagi kedalam dua jenis, yaitu masyarakat desa dan kota, Orang didesa mempunyai hubungan yang lebih erat dan mendalam antar sesama warganya,Penduduk desa umumnya bermatapencaharian sebagai petani dan nelayan.Sebuah kota sering kali ditandai dengan kehidupan yang ramai,wilayahnya yang luas, banyak penduduknya, hubungannya yang tidak erat satu sama lain,dan mata pencaharian penduduknya bermacam-macam.
Menurut Soerjono Seokanto, masyarakat kota dan desa memiliki perhatian yang berbeda, khususnya perhatian terhadap keperluan hidup.Di desa, yang diutamakan adalah perhatian khusus terhadap keperluan pokok,Fungsi-fungsi yang lainnya diabaikan.Lain dengan pandangan orang kota,mereka melihat selain kebutuhan pokok, pandangan masyarakat sekitarnya sangat mereka perhatikan.

D.    Interaksi Sosial
Interaksi adalah proses dimana orang-orang berkomunikasi saling memengaruhi dalam pikiran dan tindakan.Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antara individu dengan individu, antara kelompok dengan kelompok, antara individu dengan kelompok.
1.      Interaksi sosial sebagai faktor utama dalam kehidupan.
Interaksi merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial.Ada beberapa faktor- faktor yang mendasari berlangsungnya interaksi sosial yaitu :
a.       Faktor Imitasi
Faktor imitasi mempunyai peranan sangat penting dalam proses interaksi sosial.
b.      Faktor Sugesti
Yang dimaksud sugesti disini ialah pengaruh psikis, baik yang datang dari dirinya sendiri maupun dari orang lain, yang pada umumnya diterima anpa adanya daya kritik.
c.       Faktor Identifikasi
Di faktor ini dapat diketahui bahwa hubungan sosial yang berlangsung pada identifikasi adalah lebih mendalam daripada hubungan yang berlangsung atas proses-proses sugesti maupun imitasi.
d.      Faktor Simpati
Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain.Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilaian perasaan seperti juga pada proses identifikasi.
            Hal-hal tersebut diatas merupakan faktor-faktor minimal yang menjadi dasar bagi berlangsungnya proses interaksi sosial,
2.      Syarat-syarat terjadinya interaksi sosial
            Ada beberapa syarat terjadinya interaksi sosial, yaitu :
1.      Adanya kontak sosial ( Social Contact)
Kontak sosial ada yang bersifat positif da nada yang ebrsifat negative.Kontak sosial yang bersifat posistif negative.Kontak sosial yang bersifat negative dapat mengarahkan seseorang pada suatu pertentangan bahkan dapat menyebabkan tidak terjadinya interaksi sosial.
2.      Adanya komunikasi
Komunikasi adalah proses menyampaikan pesan dari satu pihak kepihak lain sehingga terjadi pengertian bersama.
Selain itu kontak sosial dapat terjadi dan berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu :
a.       Antara orang perorangan.
b.      Antara orang perorangan dengan suatu kelompok atau sebaliknya.
c.       Antara kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya.
3.      Dinamika Interaksi Sosial
Dinamika interaksi Sosial terbagi tiga, yaitu:
a.       Akulturasi Budaya
Akulturasi adalah proses sosial yang timbul apabila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu sedemikian rupa dipengaruhi oleh unsur-unsur suatu kebudayaan lain sehingga unsur-unsur lain itu diterima dan disesuaikan dengan unsur-unsur kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya identitas kebudayaan asli.
b.      Proses Asimilasi dapat terjadi jika terjadi hal sebagai berikut :
1.      Kelompok-kelompok manusia dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.
2.      Kelompok manusia ini saling bergaul secara intensif dalam kurun waktu yang lama.
3.      Pertemuan budaya-budaya antarkelompok itu masing-masing berubah watak khasnya dan unsur-unsur kebudayaannya saling berubah sehingga memunculkan
4.      suatu watak kebudayaan yang baru.
c.       Inovasi
Proses pembaruan(Inovasi) dapat digolongkan dalam bentuk :
1.      Discovery adalah penemuan unsur-unsur kebudayaan yang abru ebrupa gagasan individu atau kelompok.
2.      Invention adalah tindak lanjut inovasi berupa pengakuan, penerimaan, dan penerapan proses discovery oleh masyarakat.


                                               






















BAB III
Penutup
A.    Kesimpulan
Manusia itu terbagi kedalam dua kepentingan yaitu kepentingan individu dan kepentingan sosial. Manusia sebagai makhluk individu diartikan sebagai person atau perseorangan atau sebagai diri pribadi manusia.
Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia sebagai warga masyakarat.Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak mungkin dapat hidup sendiri atau mencukupi kebutuhan sendiri.Setiap manusia cenderung untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan manusia lainnya.bahkan sejak lahir, manusia sudah disebut sebagai makhluk sosial.






DAFTAR PUSTAKA

M.Setiadi, Elly.Ilmu sosial dan budaya dasar( Jakarta : Kencana, 2006).
Tumanggor, Rusmin ,dkk.ilmu sosial dan budaya.(Jakarta: Kencana, 2010).
Sulaeman, Munandar.Ilmu Budaya Dasar.(Bandung :PT Refika Aditama,2012).




[1] Munandar Sulaeman.Ilmu Budaya Dasar.(Bandung :PT Refika Aditama,2012). hal 3
[2] Rusmin Tumanggor,dkk.ilmu sosial dan budaya.(Jakarta: Kencana, 2010) hal 53
[3] Elly M.Setiadi.Ilmu sosial dan budaya dasar( Jakarta : Kencana, 2006) hal 59-62.
[4] Ibid.. hal 55
Read More

Post Top Ad

Your Ad Spot