Knowledge Is Free

Hot

Sponsor

Jumat, 01 April 2016

Makalah Pengelolaan Lingkungan Anak Beraktifitas

April 01, 2016


BAB I
PENDAHULUAN
A.  LATAR BELAKANG

Membahas tentang ruang lingkup pengelolaan lingkungan  belajar di PAUD sesungguhnya menjangkau pembahasan yang cukup luas. Banyak ahli yang menelusuri tentang jangkauan wilayah pengelolaan lingkungan belajar pada level TK atau prasekolah ini. Di antara pembagian yang paling populer adalah membagi lingkungan belajar ke dalam dua bagian besar, yaitu lingkungan belajar di dalam kelas sering disebut dengan lingkungan belajar indoor dan lingkungan belajar diluar kelas yang sering disebut dengan lingkungan belajar outdoor.

Dalam penyelenggaraannya baik pengelolaan hal-hal yang bersifat fisik, yakni yang terkait dengan kelengkapan materiil, ukuran luas, berat, arah, dan sebagainya. Maupun pengelolaan yang berupa nonfisik  yakni pertimbangan rasa aman, pertimbangan minat dan rasa ingin tahu anak, pertembingan kebebasan berekspresi, pertimbangan membangun percaya diri dan aktualisasi diri, pertimbangan kemampuan menyalurkan emosi, serta pertimbangan kegembiraan dan kesenangan anak.



BAB II
PEMBAHASAN

A.  LINGKUNGAN BELAJAR INDOOR
Sasaran dalam pengelolaan lingkungan belajar dalam ruang atau indoor dimulai dari mengenali keberadaan ruangan yang akan digunakan tempat belajar bagi anak. Hal-hal yang menjadi perhatian setidaknya meliputi ukuran ruangan, arah ruangan, keadaan lantai, keadaan dinding, keadaan atap dan lain-lain yang diperlukan dalam pengelolaan lingkungan belajar nantinya.
Jika semua hal yang menyangkut ruangan telah teramati cukup baik, maka untuk keperluan selanjutnya sebaiknya semua data dicatat secara cermat. Kemudian kita dapat melangkah pada pengamatan dan penentuan pusat-pusat belajar yang telah ada dan yang ingin dikembangkan selanjutnya di TK. Bebarap pusat atau area belajar yang ada di lingkunagn belajar indoor, adalah :
1.      Area balok
Area balok ini membantu perkembangan anak dalam berkontruksi terutama mengembangkan kemampuan visual dan matematika peserta anak usia dini. Model pembelajaran sentra ini sangat bermanfaat untuk diterapkan kepada peseta didik paud karena sangat bermanfaat untuk mengembangkan potensi yang dimilik oleh setiap individu.

2.      Area bermain peran
Area bermain peran sangat mendukung peserta didik pada perkembangan bahasa dan interaksi sosial. Seperti peserta didik diajak untuk bermain peran upacara setiap hari senin dengan di dampingi oleh gurunya.
3.      Area keimanan dan ketaqwaan
Area keimanan dan ketaqwaan merupakan pembelajaran berbagai kegiatan yang berfungsi untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Area ini anak melakukan kegiatan bermain mengenal agama islam yakni seperti rukun islam, anak diajak bermain sambil menghafal rukun islam ada 5 (syahadat,sholat,puasa,zakat dan haji), belajar tentang rukun iman , shalat , mengaji, dan mengucapkan kalimat syahadat. Area ini bertujuan agar peserta didik dapat mengembangkan kemampuan beragama sejak dini dan dapat membentul pribadi yang cerdas dan berperilaku sesuai norma agama. Dalam area ini dapat disajikan buku cerita islam, miniatur bangunan ibadah, gambar-gambar yang bernuansa islam.
4.      Area seni
Area seni bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan bakat, minat dan ketrampilannya. Seperti contoh ketrampilan tangan, disini peserta didik diajarkan untuk melipat, mengggunting, mengelem , mewarnai , membuat prakarya. Dll. Di Area ini anak bermain sambil belajar mengasah rasa keindahan, membangun kemandirian , kerja sama dan tanggung jawab.
            Para pengelola lingkungan belajar dalam ruang (indoor) perlu menata berbagai pusat yang akan digunakan dalam belajar dan kegiatan anak, mereka juga harus berpikir tentang berbagai peralatan yang dibutuhkan oleh setiap pusat belajar. Kemampuan mereka melengkapi peralatan secara memadai akan dapat menciptakan lingkungan belajar yang cukup efektif dalam memfasilitasi perkembangan dalam belajar anak. Sebaliknya, ketidakmampuan mereka memenuhinya akan mengakibatkan terjadinya hambatan-hambatan dalam membantu perkembangan dan belajar anak.
            Jika semua peralatan yang dibutuhkan untuk seluruh pusat belajar telah terpenuhi, maka lebih lanjut para pengelola lingkungan belajar perlu memikirkan hal-hal yang akan dapat menyempurnakan keadaan lingkungan belajar yang diperlukan. Hal-hal tersebut, misalnya berupa pengelolaan ruangan sumber belajar atau tempat penyimpanan alat permainan Edukatif (APE), pengelolaan lemari dan loker anak, pengelolaan ruang istirahat anak, pengelolaan ruang makan anak, dan Bahkan jika jika memungkinkan, mereka dapat membuat program pelibatan orang tua dengan kegiatan di TK sehingga pengadaan kebutuhan belajan indoor dapat lebih terpenuhi.


B.  LINGKUNGAN BELAJAR OUTDOOR
Kegiatan di luar ruangan merupakan bagian tak terpisahkan dari program pengembangan dan belajar anak. Untuk itu agar lingkungan belajar outdoor bermanfaat secara efektif dapat membantu perkembangan dan belajar anak, maka hal tersebut harus menjadi bagian yang dikelola serius oleh pihak sekolah dan para guru. Adapun aspek-aspek yang termasuk ruang lingkup pengelolaan lingkungan belajar outdoor secara umum adalah :
1.      Penataan lokasi kegiatan dengan berbagai sarananya,
2.      Penanganan pagar sekolah secara tepat,
3.      Pengelolaan tanah lapang,
4.      Perawatan dan penanganan permukaan tanah,
5.      Pembuatan naungan atau atap agar kegiatan tetap nyaman meskipun terik atau hujan, dan
6.      Pengelolaan gudang outdoor untuk penyimpanan berbagai barang dan alat kegiatan.
Secara lebih khusus, hal-hal yang menjadi sasaran pengelolaan lingkungan belajar di luar ruangan adalah penempatan berbagai sarana bermain, pengelolaan kebun sekolah sebagai bagian dari tempat belajar anak, pengelolaan sarana untuk kegiatan pertukangan, pengelolaan sarana untuk kegiatan pengembangan fisik.
Melalui kegiatan pengelolaan outdoor semua sarana dan area belajar di luar kelas diharapkan dapat menjadi sarana yang efektif dalam membantu perkembangan dan belajar anak secara menyeluruh, baik perkembangan dan belajar fisik-motorik , sosio-emosi dan budaya, maupun pengembangan intelektual. Sejumlah sarana yang cocok untuk kegiatan diharap mencapai berbagai tujuan pengembangan tersebut bagi anak TK atau prasekolah, misalnya saja:
1.      Tangga yang dipasang di tanah
2.      Luncuran
3.      Ayunan
4.      Terowongan mini (misalnya: ban yang dikubur setengahnya ) dan terowongan yang lebih panjang untuk merangkak
5.      Kayu atau bangku rendah untuk dikangkangi atau dipanjat
6.      Papan/board dengan pegas atau jembatan gantung yang rendah
7.      Atap untuk rumah-rumahan
8.      Tempat bangunan balok
9.      Jalur untuk mainan yang ditarik/didorong dan ditunggangi
10.  Tempat bermain pasir dan air
11.  Lingkungan alamiah, seperti pohon, semak belukar, dan bunga.
Di samping hal-hal di atas, hal-hal yang dianggap menarik bagi anak perlu juga menjadi garapan dalam mengelola outdoor, di antaranya :
1.      Jalan untuk kendaraan. Tempat berpermukaan keras dapat membentuk jalan sepeda roda tiga, kereta/mobil, atau kereta mainan beroda empat yang berkembang/meluas melalui ruang outdoor dan kembali pada poin awalnya. Jalan harus cukup lebar untuk memungkinkan dilewati. Jalan yang melengkung lebih menarik, namun tidak boleh ada perputaran sudut kanak, karena ini menyebbkan kecelakaan.
2.      Area bermain pasir.  Karena rea pasir outdoor melibatkan tubuh anak keseluruhan, area pasir harus mencukupi setidaknya untuk dua puluh anak. Untuk mencegah tumpang tindih dari tempat pasir (dan karenanya anak melakukan agresi), area pasir harus sempit. Sungai pasir yang berkelok-kelok secara estesis lebih menyenangkan dibandikan dengan kotak yang membujur. Anak-anak harus memiliki permukaaan kerja yang datar, seperti papan-papan atau batu-batu datar, di samping atau di dalam tempat pasir tersebut. Area bermain pasir outdoor harus memiliki penutup untuk anak-anak bermain, terjaga dari lalu lalang yang tidak diinginkan, melindungi tempat itu dari pembuangan air dari tempat yang berdekatan atau bersebelahan, dan membantu menjaga pasir tetap berada dalam area bermain pasir tersebut. Area bermain pasir harus terlindung, namun tersinari cahaya matahari yang murni dan kering. Air harus tersedia sehingga pasir tidak kering sama sekali, dan sumber air harus ada pada sekeliling area bermain pasir yang mengalir keluar dari area pasir.
3.      Kolam renang atau area bermain air. Aktivitas permainan air outdoor harus memungkinkan permainan yang lebih berenergi dibandingkan dengan aktivitas air di dalam ruangan. Kolam renang harus memiliki permukaan untuk jalan kaki yang tidak licin dan kedalaman air sesuai dengan ukuran anak. Temperature air harus sesuai dengan kondisi anak. Untuk TK yang tidak memiliki kolam renang, dapat dibuat kolam renang buatan dari plastik atau bahan lainnya yang tidak membahayakan anak yang diberi air melalui pompa dengan air.
4.      Kebun.outdoor harus dipagari untuk melindunginya dari binatang atau dari terinjak-injak secara tidak disengaja. Kebun harus sempit mungkin dua kaki lebarnyah, untuk meminimalkan perlunya anak yang berkebun untuk melangkahnya kakinya ke kebun ( secara khusus penting ketika bidang tanahnya berlumpur ). Kebun yang sempit dapat menciptakan suatu bentuk yang secara estetis menyenangkan jika kebun itu parallel dengan pagbar-pagar yang lurus atau pohon-pohon yang melingkar.
5.      Kandang binatang outdoor. Kandang binatang outdoor harus dibangun untuk memenuhi kebutuhan spesifik masing-masing binatang; yang ditempatkan pada suatu tempat yang memiliki saluranbuang yang baik yang ternaungi dari panas dan angin yang berlebihan; dan di dekat sumber air dan gerbang pengiriman. Karna vandalisme, program-program harus memasukkan binatang dengan basis hanya satu hari saja.
Sedangkan yang terpenting adalah, perlu dipikirkan dan dipastikan bahwa lingkungan belajar luar betul-betul aman bagi anak. Tentunya untuk menjamin dan menghindarkan dari hal-hal yang tidak diinginkan, sebaiknya dirancang pula program untuk pengawasan. Terlepas dari perbedaan keadaan dari setiap TK yang dikelola, lingkungan belajar outdoor hendaklah memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:
1.      Area outdoor harus memenuhi aturan keamanan yang memadai, seperti yang telah ditegaskan di atas.
2.      Area outdoor harus melindungi dan meningkatkan karakteristik alamiah.
3.      Desain harus didasarkan pada kebutuhan anak dan dapat meningkatkan berbagai aspek perkembangan(yakni:fisik,kognitif,social,dan emosi)
4.      Area outdoor harus memberikan kesempatan untuk aktivitas yang mirip dengan aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan di dalam ruangan (indoor space). Harus adaa tempat yang menantang perkembangan total anak. Johnson, Christie, dan yawkey mengurutkan empat tipe pengalaman bermain:
1.      Permainan atau latihan fungsional yang melibatkan praktik dan pengulangan aktivitas motorik kasar;
2.      Permainan konstruktif yang melibatkan penggunaan materi-materi seperti cat atau pasir untuk diciptakan/dibentuk
3.      Permainan drama atau permainan pura-pura yang sering kali dilaksanakan dalam tempat tertutup, dan
4.      Permainan kelompok atau permainan yang melibatkan lebih dari satu orang anak (misalnya,jungkat-jungkit, permainan yang memiliki aturan, dan sering kali permainan drama.). howard membahas Sembilan center aktivitas di tempat bermain yang dapat memenuhi empat tipe permainan ini. Kesembilan center aktivitas ini adalah :

1.      Penggalian,
2.      Permainan air,
3.      Permainan drama,
4.      Memanjat,
5.      Mendorong/menarik atau mengendarai,
6.      Konstruksi,
7.      Lari bebas,
8.      Berkebun, dan
9.      Diam.
5.      Area outdoor secara estetis harus menyenangkan. Ruang outdoor harus menarik bagi semua indra. Beberapa kualitas desain (misalnya: sensualitas, kecemerlangan, penempatan, dan pajajaran yang berlawanan) harus dipertimbangkan dalam mendesain tempat bermain yang dapat menstimulasi rasa ingin tahu dan kepekaan indra anak.



BAB III
PENUTUPAN
A.  KESIMPULAN
Para pengelola lingkungan belajar dalam ruang (indoor) perlu menata berbagai pusat yang akan digunakan dalam belajar dan kegiatan anak, mereka juga harus berpikir tentang berbagai peralatan yang dibutuhkan oleh setiap pusat belajar. Kemampuan mereka melengkapi peralatan secara memadai akan dapat menciptakan lingkungan belajar yang cukup efektif dalam memfasilitasi perkembangan dalam belajar anak. Sebaliknya, ketidakmampuan mereka memenuhinya akan mengakibatkan terjadinya hambatan-hambatan dalam membantu perkembangan dan belajar anak.
Melalui kegiatan pengelolaan outdoor semua sarana dan area belajar di luar kelas diharapkan dapat menjadi sarana yang efektif dalam membantu perkembangan dan belajar anak secara menyeluruh, baik perkembangan dan belajar fisik-motorik , sosio-emosi dan budaya, maupun pengembangan intelektual. Sejumlah sarana yang cocok untuk kegiatan diharap mencapai berbagai tujuan pengembangan tersebut bagi anak TK atau prasekolah



DAFTAR PUSTAKA
Mariyana, rita, ali nugraha dan yeni rachmawati. (2010). Pengelolaan lingkungan belajar. Jakarta: kencana.




Read More

Selasa, 22 Maret 2016

MAKALAH PENGERTIAN DISKRIMINASI dan JENIS-JENISNYA

Maret 22, 2016


BAB II
      PEMBAHASAN
1.    DISKRIMINASI
A.      PENGERTIAN DISKRIMINASI

Diskriminasi merupakan bentuk ketidakadilan menurut Pasal 1 ayat 3 Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, menjelaskan bahwa pengertian diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung maupun tak langsung didasarkan pada perbedaan manusia atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan politik, yang berakibat pengangguran, penyimpangan atau

penghapusan pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik individual maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, budaya dan aspek kehidupan lainnya. Perlakuan diskriminasi sangat bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945 beserta amandemennya. Undang-Undang Dasar 1945 secara tegas mengutamakan kesetaraan dan keadilan dalam kehidupan bermasyarakat baik di bidang politik, ekonomi, sosial budaya, hukum dan bidang kemasyarakatan lainnya. Untuk itu Undang-Undang Dasar 1945 beserta amendemennya sangat penting untuk menjadi acuan universal para penyelenggara negara dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
Sedangkan Menurut Theodorson, Diskriminasi adalah perlakuan yang tidak seimbang terhadap perorangan, atau kelompok, berdasarkan sesuatu, biasanya bersifat kategorikal, atau atribut-atribut khas, seperti berdasarkan ras, suku bangsa, agama, atau keanggotaan kelas-kelas social.
Menurut Doob dalam liliweri (2005:218) diskriminasi merupakan prilaku yamg ditujukan untuk mencegah suatu kelompok, atau membatasi kelompok lain yang berusaha memiliki atau mendapatkan sumber daya. Secara teoritis, diskriminasi dapat dilakukan melalui kebijakan-kebijakan untuk mengurangi, memusnahkan, menaklukan, memindahkan, melindungi secara legal, menciptakan pluralism budaya dan mengasimilasi kelompok lain.
Menurut Shadily dalam Reslawati (2007:11), diskriminasi adalah perbedaan yangmerugikan bagi yang terdiskriminasi. Diskriminasi dapat muncul dalam berbagai bidang. Misalnya, diskriminasi pekerjaan, diskriminasi politik, diskriminasi di tempat umum dan diskriminasi perumahan.
            Diskriminasi sering kali terjadi diawali dengan prasangka. Dengan prasangka, kita membuat perbedaan antara kita dengan orang lain. Pembedaan ini terjadi karena kita adalah makhluk social yang secara alami ingin berkumpul dengan orang yang memiliki kemiripan dengan kita. Prasangka seringkali didasari pada ketidakpahaman, ketidakpedulian pada kelompok di luar kelompoknya atau ketakutan atas perbedaan.

B.       JENIS-JENIS DISKRIMINASI
Fulthoni (2009:9), memaparkan jenis-jenis diskriminasi yang sering terjadi. Yaitu sebagai berikut:
a.       Diskriminasi berdasarkan suku, etnis, ras dan agama.
b.      Diskriminasi berdasarkan jenis kelamin dan gender
c.       Diskriminasi terhadap penyandang cacat
d.      Diskriminasi terhadap penderita HIV/ AIDS
e.       Diskriminasi karena kasta sosial

C.      TIPE-TIPE DISKRIMINASI
Menurut Pettigrew dalam liliweri (2005:221), ada dua tipe diskriminasi. Yaitu:
a.       Diskriminasi langsung
Tindakan membatasi suatu wilayah tertentu, seperti pemukiman, jenis pekerjaan, fasilitas umum dan semacamnya dan juga terjadi manakala pengambil keputusan diarahkan oleh prasangka-prasangka terhadap kelompok tertentu.
b.      Diskriminasi tidak langsung
Diskriminasi tidak langsung dilaksanakan melalui penciptaan kebijakan-kebijakan yang menghalangi ras/etnik tertentu untuk berhubungan secara bebas dengan kelompok ras / etnik lainnya yang mana aturan dan prosedur yang mereka jalani mengandung bias diskriminasi yang tidak tampak dan mengakibatkan kerugian sistematis bagi komunitas atau kelompok masyarakat tertentu.



D.      SEBAB-SEBAB DISKRIMINASI
Yahya (2006:248-249), mengemukakan sebab-sebab diskriminasi, yaitu:
a.      Mekanisme pertahanan psikologi (projection)
Seseorang memindahkan kepada orang lain cirri-ciri yang tidak disukai tentang dirinya kepada orang lain
b.      Kekecewaan
Setengah memindahkan kepada orang lain cirri-ciri yang tidak disukai tentang dirinya kepada orang lain sebagai “kambing hitam”
c.       Mengalami rasa tidak selamat dan rendah diri
Mereka yang merasa terancam dan rendah diri untuk menenangkan diri maka mereka mencoba dengan merendahkan orang atau kumpulan lain.
d.      Sejarah
Ditimbulkan karena adanya sejarah pada masa lalu yang sangat menyakiti orang tersebut sehingga terbawa menjadi dendam.
e.       Persainagan dan eksploitasi
Masyarakat kini adalah lebih materialilistik dan hidup dalam persaingan. Individu atau kumpulan bersaing diantara mereka untuk mendapatkan kekayaan kemewahan dan kekuasaan.
f.       Corak sosialisasi
Diskriminasi juga adalah fenomena yang dipelajari dan diturunkan dari satu generasi kepada generasi yang lain melalui proses sosialisasi.seterusnya terbentuk suatu pandangan steorotib tentang peranan sebuah bangsa dengan yang lain dalam masyarakat. Yaitu berkenaan dengan kelakuan, cara kehidupan dan sebagainya. Melalui pandangan steorotib ini kanak-kanak belajar meyakini sikap prejudis juga dipelajari melalui proses yang sama.



Read More

Minggu, 20 Maret 2016

Makalah Kemampuan Kinestetik Pada anak

Maret 20, 2016



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Meskipun dalam kehidupan sehari-hari kita temui ada beberapa orang yang kurang beruntung dengan kondisi fisik mereka, seperti anak  yang mengalami cerebral palsy atau tunanetra. Namun, dengan segala keterbasan yang ada kita masih dapat memaksimalkan kemampuan mereka, apalagi bagi anak-anak yang tidak mengalami hambatan fisik. Beberapa contoh kegiatan berikut dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan kecerdasan kinestetik tubuh, antara lain:
Menari, menari disini tidak hanya melakukan gerakan tari baku, seperti tari lilin, paying. Namun, melakukan gerakan-gerakan dengan irama tertentu yang diiringi dengan musik. Saat menari di tuntut pula kemampuan lain, seperti memperhatikan, meniru gerakan, dan mamadankan gerakan dengan musik.
Bermain peran, melalui kegiatan bermain peran anak akan menggerakkan tubuh sesuai dengan peran yang dimainkan, misalnya saat bermain peran sebagai guru maka anak akan memperlihatkan gaya tubuh, mimik wajah, dan suara, seperti guru.
Drama, buatlah sebuah drama prndek yang di dalamnya tercakup berbagai faktor yang saling terkait, misalnya ada gerak tubuh, ekspresi wajah, kominikasi antar pemegang peran, dan kemungkinan musik pengiring.
Olahraga, kegiatan olahraga, apakah itu dilakukan melalui klub olahraga ataupun kegiatan bersama yang dilakukan dengan guru dan orang tua, dapat melatih dan meningkatkan kemampuan gerak tubuh anak.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kecerdasan Bodily kinesthetic
Kecerdasan kinestetik adalah kecerdasan yang menekankan kemampuan gerak, serta sangat senang dengan dunia olahaga, performance, dan menari. Kecerdasaan ini menekankan pada kemampun seseorang dalam menangkap infomasi dan mengelolanya sedemikian cepat, lalu dikonkritkan dalam wujud gerak, yakni dengan menggunakan badan, kaki dan tangan. Pada anak usia prasekolah merupakan masa – masa dimana mereka aktif bergerak meniru sesuatu yang mereka lihat.
2.2

Kemampuan Kinestetik Pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak
Disini saya akan membahas tentang kemampuan kinestetik pada anak sesuai indikator yang dapat dicapai anak pada usia 5-6 tahun khususnya kinestetik dalam bidang olahraga. Dimana gerakan-gerakan tersebut dapat dilakukan melalui permainan, misalnya :
a)   Berjalan dengan Menaikkan dan Menurunkan Badan
Anak berjalan dengan aktivitas-aktivitas normal dan arahnya lurus. Anak kemudian berjalan berlahan-lahan sambil menurunkan badanya sampai menurut mereka cukup rendah, lalu ketika sudah sampai pada jarak yang ditentukan, anak berjalan seperti biasa kembali. Setelah itu anak berjalan berlahan-lahan sambil meninggikan badannya setinggi-tingginya seperti anak meraih i sesuatu, lalu setelah sampai pada jarak yang sudah ditentukan, anak berjalan seperti biasa kembali. Adapun standar Kemampuan dan Keselamatan. Yaitu:
1)   Pada saat menurunkan dan menaikkan badan, pastikan tubuh memiliki keseimbangan yang baik.
2)   Ketika badan sudah turun di bawah, posisi kaki tetap memungkinkan anak untuk bisa melangkah.
3)    Jika anak merasa akan jatuh, gunakan ke dua tangan sebagai penompang badan.
4)    Pastikan tempat yang digunakan aman untuk anak.
b)     Berjalan Mengikuti Pola Suatu Garis
Aktivitas berjalan untuk mengikuti pola suatu garis. Anak–anak dapat mencobanya terlebih dahulu pada suatu garis yang sudah disiapkan sebelumnya, kemudian anak bias melakukannya sendiri. Jika sudah melewati garis dengan baik, seorang anak atau suatu kelompok bisa mendisain pola suatu garis sebisa mereka, yang kemudian dicobanya sendiri dan menjelaskan apa maksud dari garis tersebut.
Adapun standar Kemampuan dan Keselamatan. Yaitu:
1)   Anak – anak harus berjalan hati – hati ketika melewati belokan–belokan atau tikungan – tikungan di garis pola.
2)   Berjalanlah mengikuti garis dengan memperhatikan keseimbangan tubuh.
3)    Sediakan kertas lebar dan kapur tulis sebagai media untuk menulis garis yang akan dilewatinya.
c)      Memantulkan Bola ke Tembok
Anak melempar bola dengan cara dipantulkan ke tembok kemudian menangkapnya dengan memindahkan anggota badan ke arah bola. Aktivitas ini dapat dilakukan dengan cara berpasangan yaitu dengan cara memantulkan bola ke tembok kemudian pantulan bola tersebul diambil oleh pasangan anak. Aktivitas akan lebih menantang jika anak saling melempar bola dengan ketinggian tertentu.
Adapun standar Kemampuan dan Keselamatan. Yaitu:
1)        Lemparan bola tidak terlalu keras sehingga pantulan bola tidak terlalu jauh untuk dijangkau anak.
2)        Tekanan udara bola harus cukup. Jangan terlalu kasar sehingga pantulan bola tidak terkontrol, dan jangan terlalu lembek sehingga bola tidak bisa memantul.
3)         Jarak antar pelempar jangan terlalu jauh karena kemampuan melempar anak terbatas, dan jangan terlalu dekat karena tidak ada ruang untuk memantul.
d)     Melompat dengan Awalan
Caranya hampir sama dengan lompat jauh, tapi aktivitas ini dapat dilakukan dalam ruangan dengan menyediakan matras yang diatur agar betul– betul aman untuk pendaratan anak. Anak secara satu persatu bergantian melompat dengan awalan yang secara teknis dikuasainya, kemudian harus mendarat di atas mtras. Awalan berlari harus diperharikan karena berkatan dengan lebar dan panjang matras yang dipakai.
Adapun standar Kemampuan dan Keselamatan. Yaitu:
1)        Ambilah jarak awalan yang cukup aman.
2)        Melompatlah pada patokan garis yang sudah ditentukan.
3)         Mendaratlah dengan kedua kaki secara baik.
4)        Gunakan kedua tangan untuk menjaga keseimbangan tubuh.
e)      Melompat Melewati Penanda
Anak –anak melewati penanda dengan ketinggian yang sudah ditentukan yang disesuaikan dengan kemampun umum mereka. Diawli dengan melompat tanpa penanda, kemudian anak diberikan penanda untuk melompat dengan tingkat ketinggian yang terus ditingkatkan. Pendaratan tetap harus menggunakan matras. Keselamatan anak tetap menjadi prioritas utama agar tidak terjadi cedera.
Adapun standar Kemampuan dan Keselamatan. Yaitu:
1)        Awalan diambil dengan jarak yang cukup memadai.
2)        Aturan kecepatan berlari pada saat mengambil awalan sebelum berlari dengan sebaik – baiknya.
3)        Menumpulah sebaik – baiknya di penanda tumpuan.
4)         Angkatlah kedua kaki dengan keseimbangan yang baik ketika melewati penanda. Mendaratlah dengan kedua kaki sebaik – baiknya.
f)       Meloncat Melewati Penanda
Anak – anak berdiri tegak di samping penanda. Mereka mulai dengan mengangkat dengan salah satu kaki lalu meloncat melewati penand secara bergantian antara kaki kanan dan kaki kiri. Jika anak dapat mekakukannya, semakin lama penanda akan semakin ditinggikan.
Adapun standar Kemampuan dan Keselamatan. Yaitu:
1)        Meloncat dengan menggunakan kaki terkuat untuk menumpu badan.
2)         Perhatikan ketingian penanda mudah, terjangkau, atau sulit dilewati anak.
3)        Perhatian anak harus berfokus pada pergantian kaki karena harus menumpu dengan satu kaki secara bergantian.
g)      Meloncat Melewati Tali
Sebuah tali direntangkan dengan ketinggian tertentu yang dapat diloncati anak. Anak mencoba meloncati tali tersebut dan mendarat dengan kedua kakinya secara aman. Setelah berhasil meloncatinya, anak mengulangi kembali loncatan dari arah yang berlawanan atau dari arah tempat anak mendarat. Gunakan kaki terkuat sebagai tolakan. Ketinggian tali bisa dinaikkan sesuai kebutuhan.
Adapun standar Kemampuan dan Keselamatan. Yaitu:
1)      Perhatikan ketinggian tali, apakah mampu dilewati anak atau tidak.  Jangan sekali– kali memaksa anak jika anak tidak mampu melewatinya.
2)       Gunakan kaki terkuat untuk menumpu dan mendaratlah dengan kedua kaki dengan aman dan baik.
3)      Gunakan ayunan kedua lengan untuk menaikkan dan mendaratkan badan dengan keseimbangan yang baik.
4)      Intruksi semua intruksi guru agar tidak terjadi benturan antara anak yang sudah selesi melompat dengan yang masih akan melompat.
h)     Meloncat ke Dalam kotak dan Lingkaran
Buatlah beberapa garis yang berbentuk kotak dan lingkaran yang sesuai dengan bentuk zig–zag. Setiap anak mencoba meloncat kedalam garis tersebut dengan bertumpu pada kedua kaki dan mendarat pada kaki kiri, kemudian melakukan loncatan ke kotak berikutnya dengan kaki kanan, sampai seluruh kotak tersebut selesai dimasuki. Akan lebih baik menggunakan garis saja, bukan alas dari bahan tertentu yang akan menyebabkan kaki anak terpeleset karena mungkin saja ada yang pendaratannya tidak masuk ke dalam kotak.
Adapun standar Kemampuan dan Keselamatan. Yaitu:
1)        Media lingkaran yang dipakai harus aman untuk anak.
2)        Anak melakukan pendaratan terakhir dengan menggunakan kedua kaki dengan aman.
3)         Gunakan kaki terkuat untuk menjadi tumpuan.
4)        Lebar lingkaran aman dan cukup untuk kaki anak.
i)        Meluncur dari Atas ke Bawah dengan Papan Luncur
Hampir semua anak tahu tempat luncuran di area bermain dan disana ada papan yang didesain khusus untuk meluncurkan badan dari atas ke bawah ( papan luncur/prosotan). Anak naik ke atas papan luncur, lalu berdiri di ujung papan luncur dan mengambil posisi duduk. Doronglah badan dengan kedua tangan sehingga badan akan meluncur secara perlahan kemudian semakin cepat dan sampai di tempat pendaratan dengan baik dan selamat. Gunakan kedua kaki untuk bantuan pendaratan yang baik sehingga bisa mengurangi resiko sehingga badan kurang terkontrol. Pada waktu yang sama, berhati–hatilah setelah meluncur dari papan luncur an sampai di bawah, anak hrus segera ke pinggir, jika tidak ia akan tertabrak temannya yang sedang meluncur. Hindari bermain di ujung luncuran bagian atas karena dapat terjadi aksi dorong – dorongan yang akan menyebabkan anak jatuh dari ketinggian yang membahayakan.
Adapun standar Kemampuan dan Keselamatan. Yaitu:
1)   Anak meluncur harus dengan urutan peraturan yang sudah ditetapkan.
2)   Anak meluncurkan badan dengan meletakan badan dengan meletakkan kaki kemudian membungkukkan badandengan posisi duduk.
3)   Mendaratlah dengan kedua kaki dengan baik.



2.3  Cara Mengasah Seni Tari Dalam Kecerdasan Bodily Kinesthetic
            John Martin dalam The Modern Dance, menyatakan bahwa gerak betul-betul merupakan substansi baku dari tari. Lebih lanjut ia mengemukakan bahwa gerak adalah pengalaman fisik yang paling elementer dari kehidupan manusia. Gerak bukan hanya terdapat pada denyutan-denyutan diseluruh tubuh manusia untuk tetap menghayati kehidupan manusia, tetapi gerak juga terdapat pada ekspresi dari segala pengalaman emosional manusia. Badan adalah cermin dari jiwa manusia. Pada dasarnya substansi pokok dari tari adalah gerak. Gerak merupakan gejala yang paling primer dari manusia, dan gerak merupakan alat yang paling tua bagi manusia, untuk menyatakan keinginan-keinginan atau merupakan bentuk refleksi spontan dari gerakan-gerakan yang terdapat di dalam jiwa manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu bergerak. Gerak dapat dilakukan dengan berpindah tempat. Sebaliknya, gerakan di tempat disebut gerak di tempat (John Martin dalam Soedarsono 1972: 3).
Tari adalah gerakan badan (tangan dsb) yang berirama dan biasanya diiringi bunyi-bunyian (musik, gamelan, dsb) Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988: 414). Pembelajaran tari yang dimaksud disini yaitu pembelajaran tari yang sederhana tidak dengan patokan-patokan. Bisa juga dengan membuat gerakan-gerakan berirama, dan gerakan ini tidak harus berbentuk tarian (Astini 2008: 55). Karena gerakan-gerakan yang dipakai dan digunakan adalah gerak-gerak bebas sebagai hasil kreatifitas anak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, dan juga menumbuhkan ide-ide kreatif siswa yang bertujuan untuk mengolah kecerdasan body kinestetik yang dimiliki siswa. Pembelajaran tari pada anak dapat membantu perkembangan otak, karena melalui kegiatan tari, anak diberi kesempatan untuk bereksplorasi dalam mengembangkan kemampuan mengekspresikan gerak sesuai daya imajinasi anak. pendapat Suharni Nany (2004: 1) menyatakan bahwa tarian dan gerakan yang menyenangkan dengan iringan musik harus menjadi kegiatan harian anak. Salah satu media pembelajaran yang sangat menarik dan menyenangkan adalah seni tari dalam upaya pengembangan aktifitas motorik secara terus menerus. Melalui seni tari serta pengalaman eksplorasi, anak akan menemukan sesuatu yang menarik yakni cara mengembangkan kemampuan mengekspresikan gerak secara ritmik.



















BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Kecerdasan tubuh adalah kemampuan memahami, mencintai dan memelihara tubuh anda, dan membuatnya berfungsi seefisien mungkin untuk anda. Dengan kata lain, kecerdasan tubuh adalah kecerdasan atletik dalam mengontrol tubuh seseorang dengan sangat cermat (2005: 153). Sedangkan menurut James (2005: 153) kecerdasan tubuh itu dapat memungkinkan terjadinya hubungan antara pikiran dan tubuh yang diperlukan agar berhasil dalam berbagai aktifitas seperti menari, melakukan pantomim, berolah raga, menguasai seni bela diri dan memainkan drama.














Daftar Pustaka
Y kwartolo.2012.Jurnal kecerdasan bodily kinesthetic. Jakarta: Bpk Penabur

           
           



            
Read More

Post Top Ad

Your Ad Spot